SMP BUDI UTOMO PERAK
ORANGTUA ASERTIF UNTUK ANAK-ANAK POSITIF
Setiap orangtua, di mana pun mereka berada, tentunya menginginkan anak-anaknya menjadi kebanggaan bagi keluarganya. Tetapi tidak semua yang terjadi sesuai dengan harapan, atau tampaknya tidak sesuai dengan harapan. Segala bentuk nasihat dan petuah sudah dikerahkan mati-matian tetapi mengapa (menurut orangtua) anak-anak tidak juga mengerti apa yang seharusnya mereka lakukan.
Sesungguhnya, semua kata-kata orangtua pada anaknya akan selalu tertanam dalam benak mereka, seakan-akan seluruh perkataan orangtua menghipnotisnya. Hanya saja bagaimana kata-kata orangtua agar dapat tertanam dengan makna positif pada benak anak-anak hingga mereka dewasa kelak. Ungkapan-ungkapan yang sering dilontarkan oleh orangtua akan menjadi semacam pola pembentukan yang dialami oleh anak-anak dalam proses pertumbuhan mereka. Baik positif maupun negatif.
Bagi anak, yang terpenting adalah mereka percaya bahwa mereka dicintai dan dihargai dengan setulus hati dan untuk membangun perasaan tersebut sikap orangtua yang sangat berperan penting. Jika orangtua melontarkan pesan “kamu adalah...” kata-kata tersebutlah yang akan membentuk persepsi tentang siapakah aku sebenarnya bagi anak-anak dan membentuk kepercayaan tentang perasaan dicintai dan dihargai atau bahkan sebaliknya kata-kata tersebut adalah kata-kata yang akan menyakiti hati anak-anak hingga mereka dewasa kelak.
Sadar ataupun tidak, sifat dan perilaku seseorang setelah dewasa adalah sebagian besar hasil kata-kata orangtua yang menghipnotis. Ketika di masa kecil berulang kali mendengar “kamu adalah...” kata-kata tersebut akan tertanam dan perlahan yang akan membentuk karakter seseorang. Jika yang didengarnya ketika kecil adalah kata-kata seperti, “kamu adalah anak bodoh” mungkin anak tersebut akan menunjukkan sikap tidak setuju dengan pernyataan tersebut tetapi di dalam hatinya dengan sedih ia menerima pernyataan itu karena ia akan beranggapan kata-kata yang dilontarkan oleh orang yang lebih dewasa adalah benar. Tetapi dampaknya persepsi terhadap dirinya hingga dewasa adalah sebagai orang yang bodoh dan ketika ia mengalami kegagalan dalam kehidupannya ia akan menganggap hal tersebut adalah sebagai akibat dari kebodohan dirinya bukan sebagai proses hidup yang harus dijalani. Sebaliknya, jika kata-kata seperti, “kamu adalah anak yang bisa berteman dengan siapa saja” maka ketika dewasa anak tersebut bisa jadi menjadi anak yang memiliki kepercayaan diri dan mudah bergaul dengan orang lain. Jika muncul ungkapan seperti “aku bodoh” atau “aku bisa melakukannya” pada seseorang yang telah dewasa, sebenarnya ungkapan-ungkapan seperti itu tidak muncul begitu saja. Ungkapan-ungkapan tersebut terekam dalam benak seseorang sebab ungkapan itu dilontarkan padanya saat ia masih kecil dan belum sanggup mempertanyakan kebenaran ungkapan seperti itu.
Ketika seseorang memulai perannya sebagai orangtua, sikapnya yang agresif, pasif maupun asertif awalnya merupakan pola yang didapatkannya ketika masa kanak-kanak. Bila seseorang memiliki orangtua yang termasuk agresif, tentulah sulit bagi orang tersebut menjadi orangtua yang asertif. Tetapi menjadi orangtua yang asertif bukanlah suatu watak bawaan melainkan suatu keterampilan yang dapat dipelajari. Menjadi orangtua yang asertif adalah bagaimana seseorang menjalin komunikasi yang baik dengan anak-anaknya. Bagaimana ia mengatur dan memikirkan kata-kata yang akan diucapkan untuk menyampaikan harapannya terhadap anak-anaknya. Orangtua yang asertif senantiasa menunjukkan sikap jelas, teguh dan tak terbantahkan tetapi tetap membuat anak-anaknya nyaman dan menyerap hal yang positif dari kata-kata orangtuanya. Terkadang, demi tujuan menerapkan disiplin pada anak-anaknya, orangtua kurang mempertimbangkan kata-kata yang akan diucapkan pada anak-anaknya sehingga menimbulkan kebingungan pada mereka apa yang sebenarnya orangtua inginkan terhadap mereka bahkan akan dapat menimbulkan perasaan ragu akan kasih sayang yang diberikan oleh orangtuanya. Kata-kata yang dipilih oleh orangtua pada saat mereka dalam keadaan sangat letih bisa sangat mengguncangkan bagi anak-anak sekalipun bukan demikian maksud sesungguhnya.
Menjadi orangtua asertif memang tidaklah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Sikap yang asertif terletak di dalam diri seseorang selain itu juga dalam tindakan apa yang nyata dan benar-benar dilakukan. Jika yang ada dalam diri seseorang berbeda dengan tindakan nyatanya maka akan sulit menjadi asertif. Untuk menjadi orangtua yang asertif, seseorang harus tahu persis apa yang ingin dilakukannya, demikian pula dengan kata-kata yang diutarakannya pada anak-anak haruslah sesuatu yang tidak bisa diperdebatkan atau dibantah dan bukan permintaan. Sebagai orangtua, jelaslah kita ingin diperhatikan segala perkataannya oleh anak-anak, begitu pula anak-anak, mereka membutuhkan kontak yang baik dengan orangtuanya. Jika ingin memberikan perintah pada anak-anak, hentikan segala sesuatu yang tengah dilakukan lalu dekati anak-anak dan pastikan mereka memandang. Bila orangtua memberikan perintah atau menyatakan sesuatu tanpa ada kontak yang baik, anak-anak akan menganggap tidak serius kata-kata orangtuanya. Selain itu, kata-kata harus jelas dengan kata-kata bermakna positif dan tidak ada pilihan bagi anak seperti ya atau tidak karena sudah jelas jawaban yang orangtua harapkan adalah ya atas perintahnya pada anak-anak. Tetapi jika anak belum mengikuti apa yang orangtua inginkan, ulangi lagi apa yang orangtua minta anak-anak lakukan kemudian amati sungguh-sungguh hal yang dilakukan oleh anak-anak dan berilah apresiasi sebagai ungkapan terima kasih dari orangtua terhadap anak-anak.
Menjadi orangtua asertif adalah menjadi sosok orangtua yang tidak segan atau takut berkonflik, semakin sering melakukan negosiasi seiring dengan semakin besar dan semakin meningkatnya kemampuan anak, memberi teguran yang positif, mengajukan keinginan dan tuntutan yang jelas sekaligus tegas, menetapkan peraturan dan betul-betul menjalankan konsekuensinya. Semuanya dilakukan dengan tidak mengabaikan pilihan kata-kata positif untuk menyampaikan segala sesuatunya agar dapat tertanam makna yang juga positif pada benak anak-anak hingga mereka dewasa.
Setiap orangtua tentunya tidak menginginkan anaknya menjadi anak yang bodoh, tidak percaya diri, pemalas, tidak dapat diandalkan dan segala hasil negatif lainnya. Kembali lagi pada keinginan dasar setiap orangtua, mereka semua menginginkan anak-anaknya menjadi kebanggaan bagi keluarganya. Sehingga hanya orangtuanyalah yang dapat membentuk hasil positif dengan memberikan segala ungkapan positif untuk ditanamkan pada benak anak-anaknya seumur hidup sebagai orangtua yang asertif. ^
Label: edit post
0 Responses

Posting Komentar